Warta Nagari -- Agaknya benar, bahwa bulan suci ramadhan itu adalag bulan yang penuh berkah. Entah kenapa pada bulan ini semangat untuk saling berbagi terasa besar sekali. Semangat berbagi ini juga tidak memandang apakah seseorang itu orang berada atau tidak. Jika sudah untuk kemaslahatan orang banyak, semua orang menjadi sama. Hal itu tampak sekali di jorong Padang Panjang, nagari Tanjung Haro Sikabu-Kabu Padang Panjang.
Sudah dua tahun berturut-turut masyarakat secara bergantian hari perhari mengirim takjil ke mesjid. Awalnya, takjil ini dimaksudkan untuk para jemaah yang menyempatkan diri untuk sholat magrib di mesjid.
“Awalnya, ide takjil itu muncul secara spontan saja,” kata Ade selaku pengurus Majlis Taklim jorong Padang Panjang. “Ya, idenya sangat sederhana sekali,” tambah Aida Rosman didampingi Yen yang juga pengurus Majelis Taklim.
Kata mereka, ide ini bermula dari kerisauan mereka sebagai pengurus Majelis Taklim. Mereka sering memperhatikan para jemaah yang begiru repotnya membawa beberapa perbekalan perbukaan ke mesjid. Tentunya yang dimaksud adalah para jemaah yang saban hari di bulan Ramadhan masih menyempatkan diri untuk sholat magrib di mesjid. Serta juga orang-orang lewat yang takut ketinggalan akan waktu magrib yang begitu pendek.
Dari situ, ide sederhana itu dicoba dikomunikasikan kepada masyarakat melalui WhatsApp Group. Bagaimana kemudian kalau kita secara bergantian mengirimkan takjil seadanya ke mesjid untuk para jemaah, dan juga orang-orang lewat yang kebetulan sholat di mesjid. Ternyata, ide tersebut disambut baik oleh masyarakat yang begitu aktif di group WhatsApp. Ide tersebut direspon begitu cepat oleh masyarakat. Dan dibuatlah daftar pengirim takjil untuk setiap harinya.
Maka, pengurus Majelis Taklim tinggal menyusun menu-menu yang dibuat oleh masyarakat, lalu membagi pekerjaan secara teknis. Agaknya, berbagi takjil ini menjadi menarik, dan berulang pada tahun kedua, yaitu tahun ini. Yang juga barangkali akan diteruskan pada ramadhan-ramadhan selanjutnya.
Semula hanya dimaksudkan untuk takjil saja. Takjil yang berupa kolak, kanji, gorengan, buah-buahan, atau makanan kecil lainnya. Kadang malah ada juga yang melebihkan membuat teh, juga sesekali kopi. Menariknya lagi, saking seriusnya, beberapa masyarakat ada juga yang membungkuskan beberapa bungkus nasi.
“Sebenarnya, kami menyarankan untuk tidak membuatkan secara khusus. Cukup hanya apa yang memang dibuat oleh masyarakat saja. Hanya saja mungkin masyarakat membuat agak dilebihkan. Supaya bisa dibagi untuk para jemaah mesjid. Namun, pada Ramadhan ini juga ada yang membawa nasi. Kami kira, manisnya takjil tidak seberapa dibanding manisnya saling berbagi di antara manusia,” tutup Ade dan Aida, juga Yen dengan begitu bangganya.