Warta Nagari -- Pada tahun lalu, tepatnya 10 November 2020, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat membuat sebuah nota kesepahaman dengan nagari Tanjung Haro Sikabu-kabu Padang Panjang. Bahwa, Gunung Sago telah ditetapkan menjadi Taman Wisata Alam oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam SK menteri bernomor 596/Menhlk/Setjen/PLA.2/8/2016 bertanggal 3 Agustus tahun 2016.
Untuk itu, tentu perlu sebuah pemahaman bersama terkait bagaimana menjaga, serta pengelolaan Taman Wisata Alam. Mengingat nagari Tanjung Haro Sikabu-Kabu Padang Panjang yang memiliki potensi wisata berupa panorama Kayu Kolek. Dan lokasi Kayu Kolek ini berada persis sebagai penyangga kawasan Taman Wisata Alam Gunung Sago Malintang. Serta juga sebagai pintu gerbang jalur pendakian Gunung Sago.
Mengingat pentingnya hal tersebut, BKSDA perlu membuat satu pertemuan berupa program pelatihan. Yaitu peningkatan kapasitas untuk masyarakat, para pegiat dan komunitas-komunitas pecinta alam di nagari Tanjung Haro Sikabu-kabu Padang Panjang.
"Kegiatan ini sangat penting bagi kita, Taman Wisata Alam Gunung Sago Malintang yang berbatas langsung dengan nagari kita ini bisa pula kita manfaatkan untuk pemajuan pariwisata kita. Dan menariknya, di nagari kita juga banyak komunitas atau pegiat pecinta alam," kata Pino Yuanda selaku pendamping kegiatan tersebut.
Kegiatan yang dilaksanakan di hotel Sago Bungsu 2 di Lubuak Batingkok, Kec. Harau, Kab. Lima Puluh Kota itu di hadiri oleh perwakilan dari setiap jorong yang ada di nagari Sitapa, pengurus pokdarwis, pengurus karang taruna, serta kelompok-kelompok pecinta alam seperti Kaki Sago Adventure, Lestari Sago Adventure.
Kegiatan berjalan dengan lancar, dan peserta yang hadir sangat antusias dengan materi yang disampaikan. Ada pun yang bertindak sebagai narasumber adalah Ritno Kurniawan, selaku penggagas pariwisata Nyarai dan juga merupakan pegiat dari LA Rafting. Disamping itu, juga pihak BKSDA sendiri. Kegiatan ini dibuka langsung oleh kepala resort BKSDA Lima Puluh Kota Bapak Martias SP.
"Berbicara kepariwisataan, tentu kita perlu melakukan analisa potensi, analisa masalah-masalah yang ada, perlunya aturan-aturan yang mengontrol jalannya pariwisata, agar proses yang dilalui tidak menimbulkan masalah di tengah-tengah masyarakat, hingga kemudian pembentukan kelompok yang solid," ungkap Ritno dalam sesi diskusi.
Tujuannya jelas, agar kemudian bisa meningkatkan pengetahuan dalam pengembangan dan pemajuan pariwisata berbasis alam, lanjut Ritno.
Sementara itu, S. Dt. Rajo Nan Hitam selaku peserta mewakili Kaki Sago Adventure membaca ini sebagai langkah awal untuk membangun sebuah destinasi wisata. "Saya melihat output kegiatan ini adalah mendorong tenaga-tenaga terampil dalam pengelolaan dan pengembangan pariwisata yang ada di nagari. Tidak hanya wisata khusus seperti alam, tetapi juga wisata-wisata yang sifatnya umum. Sehingga potensi yang ada mampu dikelola dengan optimal. Sehingga juga tujuan dari pariwisata itu sebagai peningkatan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat dicapai," punkas Datuak.