Warta Nagari--Selama hampir sepekan, Roni Keron serta Andes Satolari, anak nagari Tanjung Haro Sikabu-Kabu Padang Panjang mengikuti lokakarya pemetaan sekaligus pengembangan kebudayaan bersama Kementrian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (KEMENDIKBUDRISTEK) di kota Padang. Terhitung dari tanggal 30 Mei hingga 4 Juni. Lokakarya tersebut tidak lain adalah lanjutan dari program pemajuan kebudayaan desa yang sudah dimulai dari tahun lalu, 2021.
“Pada tahun lalu, nagari Tanjung Haro Sikabu-Kabu Padang Panjang melalui saya, serta kemendikbudristek telah sama-sama menekan kontrak untuk melaksanakan program pemajuan kebudayaan desa di nagari kita. Dan, tampaknya pada tahun ini juga akan kembali dilaksanakan. Bagaimana bentuk program tahun ini, kita tunggu saja perkembangan ke depan,” kata Roni Keron ketika ngopi bersama di Bumi Sikabu.
Pada tahun lalu, Roni Keron beserta karang taruna telah melakukan pemetaan ppotensi budaya di nagari. Setidaknya, belasan objek budaya nagari telah dipresentasikan kepada kementrian. Sebagai bentuk pengembangan serta pemanfaatan objek kebudayaan tersebut, pacu itiak kemudian menjadi pilihan utama.
Pacu itiak merupakan sebuah kearifan lokal yang bermula dari pematang sawah. Dimana, oleh masyarakat dahulunya, itik yang dianggap bebal bisa menjadi hewan yang begitu patuh dan dapat diberdayakan. Melalui perhelatannya, pacu itiak bisa memberikan kontribusi perekonomian pada masyarakatnya.
Mengingat hal itu, Keron, Andes, serta karang taruna, melalui pacu itik tersebut juga hendak mendorong produksi itik, di nagari Tanjung Haro Sikabu-kabu Padang Panjang. Baik itu produksi telur, daging, dan segala hal yang berhubungan dengan itik. Pendeknya, itik bisa dimanfaatkan dari telur, daging, tulang dan kalau mungkin sampai ke bulu-bulunya.
“Kami telah melakukan pemetaan untuk itik ini. Sebagai hewan ternak, di jorong Tanjung Haro Selatan saja, kita punya lebih kurang 7000-10.000 ekor itik dari beberapa peternak. Mulai dari petelur, hingga pedaging,” sebut Andes.
Keron, Andes, serta karang taruna membayangkan produksi itik ini bisa dikelola untuk peningkatan ekonomi masyarakat. Misalnya saja telur itik. Jika dihitung saja kebutuhan di dalam nagari. Masing-masing jorong mempunyai 10 atau 15 buah lapau kopi. Di masing-masing lapau itupun setidaknya membutuhkan 10 sampai 15 butir telur permalam untuk menu teh telur. Artinya untuk di nagari saja kebutuhan untuk telur itik bisa dijumlahkan lebih kurang 1.400 butir perharinya. Lalu, kira-kira dari mana saja telur-telur itik itu dipenuhi? Tentu Itu baru dari telur saja, belum lagi daging, dan menu-menu turunannya yang lain.
Sementara itu, begitu sering mendengar cerita tentang keunikan, serta kekhasan budaya yang ada di nagari Tanjung Haro Sikabu-kabu Padang Panjang. Kusen Ali selaku tim Desa Pemajuan Kebudayaan, Dirjen kebudayaan sekaligus ketua Koalisi Seni menyempatkan diri berkunjung beberapa hari di nagari Tanjung Haro Sikabu-kabu Padang Panjang. Ingin merasakan sendiri bagaimana suasana di nagari Tanjung Haro Sikabu-kabu Padang Panjang.
“Paduan komplit. Kaya potensi budaya, sekaligus potensi alam. Saya mendapat berkah bisa merasakannya. Celakalah kita jika tak memanfaatkannya untuk kepentingan bersama! Setelahnya, kita hanya perlu "menjebak" orang ke tempat ini. Percayalah, mereka akan ketagihan berkunjung, berlama-lama tinggal di sini,” tutup Kusen.