Mengenal Uriati Zulkifli, Anak Nagari Tanjung Haro Sikabu-kabu Padang Panjang yang Berbicara Lantang di Forum Internasional WUF.
Mewakili Indonesia, perempuan muda penggiat pemberdayaan dalam Program Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas), Uriati Zulkifli, berbicara lantang mengenai program sanitasi dan penyedian air minum bagi masyarakat pedesaan di forum dunia World Urban Forum (WUF) ke 9 di Kualalumpur, Malaysia 7-13 Februari lalu. Seperti apakah sosok perempuan inspiratif anak nagari dari Limapuluh Kota ini?
---------------------------------------------Uriati Zulkifli--------------------------------------
Berpenampilan sederhana, Uriati Zulkifli, sekembalinya dari ajang internasional WUF 2018, terlihat seperti biasa, menjalani aktifitas di Sekretariat Pamsimas Kabupaten Limapuluh Kota di Jalan Jeruk, Kota Payakumbuh, Senin(19/2) pagi.
Meski awalnya sedikit ragu akan dianggap pamer dan khawatir dituding berbangga diri, perempuan berhijab asal Jorong Padangpanjang, Nagari Sikabu-kabu Tanjuang Haro Padang Panjang, Kecamatan Luak, Limapuluh Kota ini, akhirnya mau membuka diri dan bercerita kepada Padang Ekspres terkait perjalannya sebagai pembicara di forum internasional untuk tujuan memotivasi.
"Sagan wak ndak? beko dikecek an pulo pamer disangko sombong(malu kita, tak usah dipublish, nanti dikira sombong,)"jawab Uriati Zulkifli, alumni jurusan Hubungan Internasional Universitas Negeri Riau yang rendah hati ini, ketika Padang Ekspres coba membuka pembicaraan dengannya, kemarin.
Wanita kelahiran 17 Februari 1981 dari ayah, Zulkifli Latif dan Ibu Anismar ini, tentunya sudah pasti menguasai bahasa inggris dengan fasih. Sebab itulah kuncinya untuk bisa berbicara diforum internasional sebagai narasumber program pembangunan desa. Hanya dua orang fasilitator Pamsimas yang mewakili Indonesia, satunya lagi, Afander Ferianus Adu, yang merupakan fasilitator senior dari Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Tak canggung, Uriati memaparkan setiap program pemberdayaan masyarakat dari pengalamannya dilapangan , dengan lugas. Bahkan setiap pertanyaan yang dilontarkan audiens dari berbagai negara kepadanya sebagai narasumber, mampu memberikan jawaban yang bisa difahami dengan mudah dan logis.
Meski hanya Pamsimas dari Indonesia yang mengirim fasilitator pemberdayaan, namun pejabat, tenaga ahli dan minimal orang setingkat satuan kerja pusat dimasing-masing negara yang hadir diforum antar bangsa itu, sangat antusias mendengarkan setiap pemaparan yang disampaikan Uriati selaku pembicara.
"Kalau tidak salah forum WUF itu dihadiri sekitar 165 negara, semuanya dari kalangan pejabat dan para ahli dibidangnya. Hanya kita saja dari Indonesia yang diwakili fasilitator pamsimas," terang alumni SMP Bukitsitabur, Kota Payakumbuh ini.
Bukan forum biasa, WUF merupakan ajang global interaksi antara pembuat kebijakan, pemimpin pemerintah daerah, organisasi non-pemerintah dan praktisi ahli bidang pembangunan perkotaan dan kawasan pemukiman secara berkelanjutan. Artinya, sumbangan pemikiran yang dilontarkan Uriati Zulkifli bakal menjadi referensi dunia untuk pembangunan dan pemberdayaan masyarakat.
Selaras dengan tema Cities 2030, Cities for All : " Implementing the New Urban" yang diusung WUF, Uriati Zulkifli dengan stand perwakilan Indonesia menjadi pembicara pada talksow yang dihadiri para praktisi, tenaga ahli dan pejabat dari berbagai negara.
"Sebelum tampil merasa tidak percaya diri, karena yang tampil di sana para ahli dan sudah level pusat nasional. Sementara kita hanya pelaku program tingkat masyarakat, tapi Alhamdulillah setelah tampil banyak yang kasih selamat dan salut," kisah perempuan mandiri alumni SMA Negeri 2 Payakumbuh ini.
Pada agenda kegiatan yang diikuti perwakilan dari berbagai Negara, organisasi non-pemerintah, dan perwakilan lembaga internasional lainnya itu, dua orang fasilitator Pamsimas itu juga didampingi, Putri Setyati, pengelola program SANIMAS dari Kementerian PUPR.
Pada World Urban Forum (WUF) atau forum teknis non-legislatif yang diselenggarakan oleh United Nations Human Settlements Programme (UN-Habitat) itu, Uriati Zulkifli bersama rekan fasilitator dari NTT saat mini talkshow diberondong sejumlah pertanyaan dari berbagai negara terkait dengan penyediaan air minum dan sanitasi.
Setiap negara, dengan latar belakang kondisi negara, kata Uriati, mengajukan pola persoalan dan pertanyaan yang berbeda. Mulai dari bagaimana merangkul masyarakat menyediakan, waktu, tenaga dan modal bersama membangun partisipasi. Pemeliharaan hingga iuran yang harus dibayar untuk keberlanjutan program.
Pertanyaan yang dilontarkan Audience dari berbagai negara itu, bisa dijelaskan dengan baik berdasarkan pengalaman dilapangan, artinya bukan sekedar teori yang belum diuji. "Ada pertanyaan muncul dari seorang berkewarga negaraan Nigeria yang mempertanyakan soal apakah masyarakat dikenakan biaya, tentu kita jawab sesuai mekanisme program Pamsimas yang telah kita jalani,"sebut Uriati.
Masyarakat, sesuai program Pamsimas, kata fasilitator yang biasa disapa Ur ini, dikenakan biaya dengan tarif sesuai kesepakatan masyarakat. Fasilitator hanya memberikan petunjuk bahwa tarif air ditetapkan berdasarkan kebutuhan biaya operasional dan pemeliharaan.
“Iuran berasal dari masyarakat dan digunakan untuk sarana masyarakat. Jika pun ada kelebihan dari biaya operasional dan pemeliharaan, akan disimpan dalam kas untuk digunakan masyarakat itu sendiri”, jelas Ur yang memaparkannya dalam bahasa Inggris.
Pada forum yang mengumpulkan berbagai ahli bidang kehidupan dari seluruh dunia itu, Uriati Zulkifli cukup membuat peserta terkagum dan salut. "Hal itupun secara diam-diam kabarnya juga diakui Sekretaris Dirjen Cipta Karya Kementerian PUPR, Ir. Rini Agustin Indriani, MURP yang hadir pada talkshow tersebut, memberikan apresiasi dan salut,"ucap District Coordinator Pamsimas Kabupaten Limapuluh Kota, Rosnimar bersama rekan-tekan fasilitator lainya mengapresiasi.
Ditambahkan Rosnimar, peserta forum mencakup, namun tidak terbatas pada, pemerintah pusat, regional dan pemerintah lokal, organisasi non-pemerintah, organisasi berbasis masyarakat, profesional, lembaga penelitian dan akademisi. Selain itu juga di ikuti sektor swasta, lembaga keuangan pembangunan, yayasan, media dan organisasi di bawah PBB dan organisasi internasional lainnya.
Lebih jauh disampaikan Uriati Zulkifli, masing-masing negara mempertanyakan soal bagaimana pendampingan, pemberdayaan, pelaksanaan program hingga upaya monitoring dan keberlanjutan. "Kita sudah siap dengan semua pertanyaan itu, selain terjun langsung kemasyarakat, sebelumnya kita juga latihan menjelang talksow bersama sejumlah mentor, "ungkap Uriati Zulkifli sembari bercanda.
Bagi generasi pemberdayaan masyarakat atau semua bidang keilmuan dan keahlian jika ditekuni dengan sungguh-sungguh akan membuat seseorang ahli hingga mampu menguasiainya. Keahlian dan pengalaman itu dibutuhkan untuk membangun dan memberi manfaat bagi orang lain."Jangan tonjolkan pribadinya, tapi sampaikan apa yang bisa memberi manfaat untuk orang lain," pesan Uriati memotivasi.(arf)
Posted by : Arfidel Ilham, Kamis, 6 Jumadil Akhirah 1439
Sumber : https://arfidelilham.blogspot.co.id